Tugas UAS ICT
KOMPONEN KURIKULUM BAHASA ARAB MI
Oleh: Aulia Rahmadini
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang[1]
Pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan
masyarakat. Menurut Rousseau (dalam Fatah, 2001:15), tujuan utama pendidikan
adalah memberi kemampuan pada manusia untuk hidup di masyarakat. Kemampuan ini
berupa pengetahuan dan keterampilan, serta prilaku yang diterima masyarakat.
Kemampuaan seseorang akan dapat berkembang secara optimal apabila memperoleh
pengalaman belajar yang tepat. Lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah harus
memberi pengalaman belajar yang sesuai dengan potensi dan minat peserta didik.
Faktor yang menentukan kualitas pendidikan antara lain
kualitas pembelajaran dan karakter peserta didik. Kualitas pembelajaran dilihat
pada interaksi peserta didik dengan sumber belajar, termasuk pendidik, metode,
sarana dan prasarana, serta alat evaluasi yang digunakan. Karakter peserta
didik meliputi bakat, minat, dan kemampuan. Interaksi yang berkualitas adalah
yang menyenangkan dan menantang. Menyenangkan berarti peserta didik belajar
dengan rasa senang, sedangkan menantang berarti ada pengetahuan atau
keterampilan yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi.
Tugas sekolah adalah mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal menjadi kemampuan yang berguna bagi dirinya untuk hidup di
masyarakat. Holland (dalam Atmadi 2000:33) mengajukan 6 skala inventori
preferensi yang meliputi dimensi intelektual, realistik, artistik, sosial,
pengusaha, dan konvensional. Konfigurasi yang diajukan Holland berkaitan dengan
potensi peserta didik. Apabila diketahui profil potensi peserta didik, maka
perlakuan yang dirancang akan bisa lebih tepat, sehingga potensinya dapat
dikembangkan secara optimal. Untuk itu, diperlukan serangkaian telaah kurikulum
yang dapat dipergunakan untuk menjebatani demi tercapainya tujuan akhir dari
pendidikan, yakni pengembangan potensi peserta didik secara maksimal.
Menyoal tentang telaah kurikulum berarti sebelumnya kita
harus memahami makna kurikulum itu sendiri. Meskipun bahasan ini sebenarnya
telah dibahas oleh kelompok sebelumnya karena berkaitan dengan telaah kurikulum
ada baiknya kalau sedikit kami ulas.
Menurut Santoso (2007:3.4) salah satu dari fungsi kurikulum
adalah sebagai control (preventif) agar guru tidak menyimpang dalam
melaksanakan tugasnya dan haruslah memahami kurikulum.
B. Pengertian Kurikulum[2]
Para ahli didalam mendefinisikan kurikulum mengalami
perbedaan, karena kurikulum sifatnya dinamis serba berubah menurut perkembangan
zaman. Dengan perkembangan zaman tersebut pemikiran para ahli juga mengalami
pergeseran pula, akan tetapi secara garis besar pengertian kurikulum
terdapat dua macam corak, yaitu:
a. Pengertian Tradisional kurikulum
Roebert M. Hutchin yang menyatakan: “The curiculum should
include grammar, reading, theoric and logic, and mathematic, and eddition at the
secondary level introduce the great books of the western world”[1] Dalam kamus Weboter kurikulum diartikan:
“Acourse, a specified fixed course of study, as in a school or cologe,a s
leading to degree”[2]
Dari beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan kurikulum menurut pengertian tradisional, adalah sejumlah
mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang harus ditempuh dipelajari dikuasai
oleh peserta didik untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau Ijazah
b. Pengertian Modern kurikulum
Pengertian Kurikulum modern sebagaimana yang dinyatakan Oleh
Zakiah Daradjat, “ All activities that are provided for studied by the school
constitut: is curriculum” atau dapat juga dikatakan “ the term
curiculum……include all of the experience of children for which the school
accepts responsibity
Ada beberapa tokoh lain yang mengungkapkan makna kurikulum
yang sepadan dengan pengertian di atas, seperti Hollis L. Caswell dan Campbell,
yang menyatakan bahwa kurikulum adalah “…all of the experiences children have
under the guidance of teacher”. Demikian juga dengan Dorris Lee dan Murray Lee
yang menyatakan, bahwa kurikulum sebagai: “…those experiences of the child
which the school in any way utilizes to influence”
Pada intinya pengertian kurikulum di atas tidak diartikan
sebagai isi dan mata pelajaran lagi, akan tetapi diaggap sebagai
pengalaman belajar siswa. Kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asal kegiatan tersebut berada
dibawah tanggung jawab guru (sekolah). Yang dimaksud dengan kegiatan itu tidak
terbatas intra ataupun ekstra kurikuler. Apapun yang dilakukan siswa asal saja
ada dibawah tanggung jawab dan bimbingan guru, itu adalah kurikulum dalam
artian modern
C. Fungsi Kurikulum[3]
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban
berbagai fungsi tertentu. Alexander Inglish, dalam bukunya Principles of
Secondary Education (1918, dalam Oemar Hamalik, 2009), mengatakan bahwa
kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi
diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
1.
Fungsi
penyesuaian (The Adjustive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan
sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing – masing individu
pun harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara dinamis pula. Dibalik
itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan. Disinilah
letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga individu bersifat well
– adjusted.
2.
Fungsi
Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi – pribadi yang
terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat,
maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan
atau pengintegrasian masyarakat.
3.
Fungsi
Diferensiasi (The Differentiating Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan di
antara setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan
mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan
sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti
mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat
menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.
4.
Fungsi
Persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misal
melanjutkan studi ke sekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar didalam
masyarakat. Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan,
mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau apa
pun yang menarik perhatian mereka.
5.
Fungsi
Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan (diferensiasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua
hal yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaaan berarti memberikan
kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan menarik
minatnya. Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut
sistem demokratis. Untuk mengembangkan berbagai kemampuan tersebut, maka
kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.
6.
Fungsi
Diagnostik (The Diagnostic Function)
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika
siswa menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya melalui proses
eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang memperbaiki kelamahan tersebut dan
mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik
kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara optimal.
D. Komponen-Komponen kurikulum[4]
a)
Tujuan, yaitu arah/sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaran
pendidikan.
b)
Isi Kurikulum, yaitu pengalaman belajar yang di peroleh murid di
sekolah.pengalaman-pengalaman ini di rancang dan di organisasikan sedemikian
rupa sehingga apa yang diperoleh murid sesuai dengan tujuan.
c)
Metode dalam proses belajar mengajar yaitu cara murid memperoleh pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan.
d)
Evaluasi yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin di tuju dapat
tercapai atau tidak.
E. Landasan Pengembangan Kurikulum[5]
1)
Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum. Filsafat pendidikan pada dasarnya
adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filsafat untuk memecahkan
permasalahan pendidikan. Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam
pendidikan terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat atau
pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu
atau bahkan perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin
dicapai.
2) Landasan
Psikologis Pengembangan Kurikulum. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan berhubungan erat dengan proses perubahan perilaku peserta didik.
Kurikulum diharapkan dapat menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan potensial
menjadi kemampuan aktual peserta didik serta kemampuan-kemampuan baru yang
dimiliki dalam waktu yang relatif lama. Pengembangan kurikulum harus dilandasi
oleh asumsi-asumsi yang bersasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang
apa dan bagaimana perkembangan peserta didik serta bagaimana peserta didik
belajar. Terdapat dua cabang psikologi yang sangat diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan teori belajar.
3) Landasan
Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum. Kehidupan masyarakat dan budaya dengan
segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan tiitk tolak dalam
melaksanakan pendidikan, karena kita merupakan bagian dari masyarakat, mendapat
pendididkan dalam lingkungan masyarakat dan diharapkan mampu terjun dalam
kehidupan bermasyarakat. Pengembangan kurikulumpun harus mampu mempersiapkan
individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan.
4) Landasan
Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum. Pendidikan merupakan upaya
mempersiapkan individu menghadapi masa depan. Dengan semakin kompleksnya
permasalahan di masa sekarang, maka berimplikasi juga pada pengembangan
kurikulum yang didalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan,
penggunaan strategi, media pembelajaran dan penggunaan sistem evaluasi.
Pengembangan kurikulum harus disusun agar dapat membekali individu dengan
kemampuan yang mumpuni sehingga mampu memecahan permasalahan yang ada saat ini
maupun yang akan datang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Telaah Komponen dalam Kurikulum
Mata Pelajaran Bahasa Arab MI
Sejalan dengan perkembangan zaman dan dalam rangka
mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan masa depan dan menigkatkan
mutu pendidikan nasional maka Departemen Pendidikan Nasional merespon dengan
menyempurnakan kurikulum secara berkelanjutan, yang diberi nama Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diberlakukan sejak tahun 2006.
Kurikulum ini merupakan refleksi pemikiran terhadap
kurikulum pendidikan dasar dan menengah sebagai salah satu wujud reformasi
pendidikan. Selain materi pembelajaran telah disederhanakan, dalam kurikulum
KTSP standar isi hanya di sediakan standar minimal sementara pengembangan diserahkan
pada sekolah yang bersangkutan disesuaikan dengan karakteristik sekolah
tersebut.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil yang baik,
penilaian di lakukan bedasarkan pencapaian setiap indikator, mulai dari saat
kegiatan belajar berlangsung sampai dengan akhir pembelajarn dan penilaian
lebih ditekankan pada penilaian yang bersifat individual.
Dengan kata lain, setiap sekolah berkewenangan untuk
mengembangkan sendiri kurikulum pendidikannya dengan mengacu pada standar
kompetensi lulusan, standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran,
serta perangkat acuan standar nasional lainnya. Sekolah bebas untuk memilih dan
mengembangkan sendiri model kurikulum yang diperlukannya, termasuk untuk mata
pelajaran Bahasa Arab.
Hal itu dilakukan dengan memperhatikan hasil analisis yang
mendalam terhadap keadaan dan kebutuhan peserta didik masa sekarang dan akan
datang. Dengan kurikulum KTSP, diharapkan dapat membekali peserta didik untuk
menghadapi tantangan secara mandiri, cerdas , kritis, rasional, dan kreatif.
Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan
(berkomunikasi) saling berbagi pengalaman, saling belajar untuk meningkatkan
intelektual, kesusastraan sebagai salah satu sarana untuk menuju pemahaman
tersebut. Kurikulum mata pelajaran bahasa arab MI adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa Arab.
B. Fungsi dan Tujuan Kurikulum
Bahasa Arab MI[6]
1.
Fungsi pengajaran bahasa Arab dalam mencapai tujuan pendidikan.
Bila bertolak dari definisi kerja kurikulum, dapat dipahami
bahwa kurikulum sekolah pada dasarnya adalah sebagai alat untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Salah satu tundakan yang mungkin
diambil adalah meninjau kembali tujuan yang selama ini digunakanoleh suatu
sekolah agar dapat memotivasi peserta didik agar berpikiran positif terhadap
pembelajaran bahasa Arab.
2.
Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab adalah:[7]
Departemen Agama (1975:117) menjelaskan bahwa tujuan umum
pembelajaranbahasa Arab adalah: (1) untuk dapat memahami al-Quran dan hadist
sebagai sumberhokum ajaran islam; (2) untuk dpat memahami buku-buku agama dan
kebudayaan islam yang ditulis dalam bahasa Arab; (3) untuk dapat berbicara dan
mengarang dalam bahasa Arab; (4) untuk dapat digunakan sebagai alat pembantu
keahlian lain (supplementary); (5)untuk membina ahli bahasa arab, yakni
benar-benar profesional.
Di samping itu tujuan pengajaran bahasa Arab adalah untuk
memperkenalkan berbagai bentuk ilmu bahasa kepada peserta didik yang dapat
membantu memperolehkemahiran berbahasa, dengan menggunakan berbagai bentuk dan
ragam bahasa untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan,
untuk tercapainya tujuan tersebutpara pengajar/ahli bahasa, pembuat kurikulum
atau program pembelajaran harusmemikirkan materi/bahan yang sesuai dengan
tingkat kemampuan peserta didik sertamencari metode atau teknik pengajaran ilmu
bahasa dan kemahiran berbahasa arab, danmelatih peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, baik kemahiran , membaca, menulisdan berbicara.
C. Hasil Belajar
Sudah dapat dipastikan bahwa setiap pendidik yang
melaksanakan pembelajaran melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta
didiknya. Sebab menilai hasil belajar peserta didik menjadi bagian integral
dari tugas pendidik. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 menyatakan bahwa
penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas
penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan; dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Oleh karena itu setiap
pendidik wajib melakukan penilaian hasil belajar para peserta didik nya
Penilaian yang dilaksanakan oleh pendidik sangat bervariasi
pelaksanaannya. Ada pendidik yang sengaja mempersiapkannya dengan baik ada pula
yang melaksanakan penilaian itu sekedar memenuhi kelengkapan mengajarnya. Bagi
pendidik yang profesional yang memandang tugasnya sebagai keahlian khusus yang
tidak dimiliki oleh profesi lain, hasil penilaian yang dilaksanakan justru
menjadi batu uji bagi keberhasilan dirinya sebagai pengajar dan pendidik
sehingga senantiasa dimanfaatkan untuk perbaikan dan penyempuranaan tugas-tugas
profesinya. Ia selalu berusaha mempersiapkan, melaksanakan, dan mengkaji hasil
penilaian dengan sebaik-baiknya. Kondisi inilah yang diduga masih belum
sepenuhnya dihayati oleh para pendidik di sekolah sehingga tidak mengherankan
tugas mengajar cenderung bersifat rutin.[8]
Hasil belajar ini memuat gambaran materi yang disajikan pada
tiap-tiap aspek dalam bahasa Arab yang mendukung tercapainya kompetensi yang
telah ditetapkan. Secara garis besar sebagai berikut:
a.
mendengarkan; cerita, berita, bunyi atau suara, perintah, pengumuman, ceramah
dan seterusnya.
b.
berbicara;dialog, pesan, keluarga, drama pendek, gambar seri, dan seterusnya.
c.
membaca; huruf, suku kata, kalimat, paragraf, denah, berbagai teks, dan
seterusnya.
d.
menulis; huruf, suku kata, kalimat, paragraf, karangan dan seterusnya.
I. Pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik atau terpadu merupakan strategi
pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Pembelajaran tematik disarankan dilaksanakan di kelas rendah (1 dan 2 ), hal
ini mencermati kecenderungan siswa yang memandang sesuatu sebagai satu kesatuan
(holistik).
Dengan strategi ini, diharapkan pembelajaran lebih bermakna.
Namun demikian, pembelajaran terpadu ini pun dapat dilaksanakan di kelas tinggi
(3-6) dalam waktu-waktu tertentu.
Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik
integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi
dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut
dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan
dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.[9]
Ciri-ciri
pembelajaran tematik/terpadu;[10]
1. Berpusat pada siswa
Proses
pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan
harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut
dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam
di sekitar siswa.
2. Memberikan pengalaman langsung
kepada siswa
Agar
pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan
mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif
dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan
saling keterkaitan maka batas mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
5. Bersifat fleksibel
Pelaksanaan
pembelajaran tematik tidak terjadwal
secara ketat antar mata pelajaran.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai
dengan minat, dan kebutuhan siswa.
BAB
III
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari makalah ini diantaranya adalah:
1.
Mengembangkan kurikulum yang konsisten secara konseptual dari hulu ke hilir,
memang tidak mudah. Lebih tidak mudah lagi mengimplementasikannya. Apalagi jika
penerapan kurikulum baru itu tidak disertai dengan penyiapan lapangan yang
baik. Perubahan kurikulum bukan sekedar pergantian dokumen. Melainkan
berimplikasi luas terhadap perubahan paradigma, kebiasaan, dan kemampuan lama
menuju yang baru.
2.
Kurikulum mata pelajaran bahasa Arab MI mencakup empat aspek, yaitu:
a.
mendengarkan;
b.
berbicara
c.
membaca;
d.
menulis;
3.
Fungsi kurikulum bahasa arab adalah sebagai sarana
•
pembinaan persatuan dan kesatuan umat islam
•
peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan
pengembangan bahasa arab
•
peningkatan iptek dan seni karena banyak ilmu-ilmu yang berasal dari bahasa
arab
•
penyebarluasan pemakaian bahasa Arab untuk berbagai keperluan
4.
Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab adalah agar siswa
•
menghargai dan membanggakan bahasa Arab MI sebagai bahasa persatuan dan
kesatuan umat islam
•
memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, maka, dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif dalam bermacam-macam tujuan;
•
memiliki kemampuan menggunakan bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional dan sosial
•
memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa
•
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk pengembangan kepribadian,
wawasan kehidupan, meningkatkan kemampuan berbahasa
•
menghargai dan mengembangkan sastra bahasa Arab sebagai khasanah budaya dan
intelektual.
Untuk melihat file presentasi dari makalah ini silahkan klik DISINI!
DAFTAR PUSTAKA
http://meyzzacompany.blogspot.com/2013/03/telaah-kurikulum-bahasa-arab-mi.html
(Diakses pada 26 Juni 2013)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum/ (Diakses
pada 26 Juni 2013)
http://opini.berita.upi.edu/2013/03/14/landasan-pengembangan-kurikulum/
(Diakses pada 26 Juni 2013)
http://www.thalekang.com/2012/10/status-fungsi-dan-ruang-lingkup_1466.html
(Diakses pada 26 Juni 2013)
http://najiebtaufiq.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaran-bahasa-arab.html (Diakses pada 26 Juni 2013)
http://www.balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/444-penilaian-pembelajaran-bahasa-arab.html
(Diakses pada 26 Juni 2013)
http://www.m-edukasi.web.id/2013/05/pembelajaran-tematik-integratif.html
(Diakses pada 26 Juni 2013)
http://tematikdwi.blogspot.com/2012/12/ciri-ciri-pembelajaran-tematik.html (Diakses pada 26 Juni 2013)